A Life Changing Moment

Ale berpikir, setiap orang pasti memiliki setidaknya satu titik dalam hidupnya yang mengubah banyak hal. A life changing moment. Sebuah titik yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan, yang menciptakan keadaan sebelum dan sesudah. It could be something cool, something wonderful, something beautiful, and it could also be something tragic. A moment that changed you, and changed your life. A moment that changed the way you see life.

Keputusannya untuk mengunggah videonya yang sedang bernyanyi di youtube mungkin adalah salah satu contohnya, sebuah titik kehidupan yang membuatnya melihat dunia dari sisi yang lain, membuatnya mendapatkan mimpi yang baru.

Dan bagi Ale, keputusannya untuk membalas DM Instagram dari Xena adalah salah satu life changing moment lain dalam hidupnya. Keputusan tersebut membawanya kepada Xena, pertemuan mereka yang aneh membuat mereka mendapatkan kisah romansa yang membawa ketenangan dan banyak kebahagian bagi mereka berdua. Hal-hal yang terjadi setelahnya terasa berbeda. Sejak mereka bertemu, Ale memandang cinta dengan cara yang berbeda. Sebelumnya, ia sudah bahagia dengan hidupnya. Tapi sejak bertemu Xena, hingga akhirnya mereka bersama, he feels even more content with happiness. And now that he gets to taste how life is with Xena, He can’t even imagine how life will be without Xena. He really wants her to stay around for a very long time, and by a very long time he means forever.

Membaca novel yang khusus Xena buat untuk Ale dengan Ale sebagai karakter utama membuatnya merasakan banyak perasaan. Jenis rasa yang mungkin tidak bisa ia ketahui jika tidak bertemu Xena.

Tak butuh waktu lama bagi Xena untuk membuka pintu setelah ia membalas pesan Ale. Dan sesaat setelah pintu terbuka, Ale langsung berjalan cepat menghampiri Xena dan membawa Xena ke dalam pelukannya. Ale mencium puncak kepala Xena, melepaskan pelukan mereka sesaat untuk mencium pipinya lembut, kemudian kembali memeluk Xena erat. Ale hanya memakai kaos putih polos dan celana pendek, dengan rambut yang sedikit berantakan, membuat Xena percaya kalau Ale benar-benar ingin bertemu dengannya secepat yang ia bisa setelah ia selesai membaca buku tersebut.

“Kamu hebat. Hebat banget. Aku bangga banget. Kamu hebat.” bisiknya, membuat mata Xena berkaca-kaca mendengarnya. After all, hearing those words when you feel like you wasn’t doing enough always feels nice, it feels warm. Setiap mengeluarkan novel, ia selalu khawatir terhadap pendapat orang mengenai tulisannya, meski menulis adalah hal yang ia sukai, tidak bisa ia pungkiri beberapa kali ia merasa cemas karena tulisannya.

Mereka diam dalam posisi itu cukup lama. Hingga akhirnya Xena melepaskan pelukan mereka kemudian mengelus pipi Ale lembut. “Kamu dari kapan di luar? Kenapa nggak langsung masuk aja? Kamu pasti nunggu lama di luar ya?” tanyanya penasaran.

Ale hanya menggeleng pelan. “Doesn’t really matter. And I just didn't want to wake you up.”

Ale kembali merengkuh Xena dan mendekapnya, rasanya hal yang ia inginkan saat ini adalah berada sedekat mungkin dengan Xena.

“Aku baru bangun banget, masih berantakan.” ujar Xena kemudian. Ale melepaskan pelukan mereka kemudian menangkup pipi Xena dengan kedua tangannya. “Hmm. Let me see.” ujarnya sembari menggerakan wajah Xena ke kanan dan ke kiri. “Still pretty.” ujarnya lagi. Membuat Xena tersenyum malu. From all these, she knows he is crazy in love with her, just like how she is crazy in love with him. She can understand because she also feels the same way, seeing him with that messy hair still makes her think that he is the most handsome man alive.

They’re crazy in love, and they’re madly in love, and all they want is for things to work for both of them.

Setelahnya, mereka saling bertatap. Ale mengelus lembut kepala dan rambut Xena, merapihkan rambut Xena yang masih berantakan karena belum sempat menyisir. Xena tersenyum. “Happy birthday.” ucapnya. Saking bahagianya Ale semalam, saking bahagianya Ale pagi ini, ia sampai lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ale kembali memeluk Xena. Menyandarkan dagunya di bahu Xena. “God, I love you so much.” ucapnya. Xena bisa merasakan rahang Ale yang bergerak di bahunya seiring dengan kata-kata yang terlontar dari mulutnya.

“Happy birthday, aku udah berdoa tadi malam, dan tadinya aku mau berdoa banyak pagi ini, tapi kamu keburu dateng. Tapi, selamat ulang tahun sayang.”

Ale mencium lembut kening Xena kemudian kembali menariknya untuk mendekat, enggan melepas dekapan mereka. “Makasih sayang, for everything. You know what, selain terharu karena kamu nulis tentangku. Aku juga terharu karena kamu mau kasih tahu identitas Sweet Cakes ke keluargaku.”

“Keluargaku juga.”

Ale tersenyum, matanya mulai memanas dan berkaca-kaca. Ia kemudian memeluk Xena makin erat, menciumi puncak kepalanya beberapa kali.

“Thank you.” ujarnya lembut.

Mereka yang berpelukan dalam waktu yang lama akhirnya membuat Xena cukup pegal. “Aku udah mulai pegel, ayo kita duduk aja.”

“Duduk sambil pelukan.” Xena hanya tersenyum mengetahui sisi clingy Ale mulai keluar.

“Okay, tapi sambil duduk.” jawabnya.

“Iya.”

Mereka kemudian berjalan menghampiri sofa coklat, dengan Ale yang enggan melepas genggaman tangannya dengan Xena, seakan jauh dari Xena 1 cm saja akan melukai hatinya.

Sesaat setelah mereka duduk, Ale kembali memeluk Xena. Lama. Sampai Ale berdeham, mengumpulkan keberaniannya untuk mulai bertanya hal yang jadi pertanyaannya setelah membaca buku Xena. Ia kemudian membuka suara. “Anyway, halaman terakhirnya, is that a sign for me?” ia menoleh kearah Xena, menatapnya penuh tanya sekaligus penuh harap.

Xena diam sebentar sebelum akhirnya tersenyum dan mengangguk. Membuat Ale membelalakan matanya. “Are you sure?” tanyanya lagi.

Xena mengangguk. “You said to me that If I already decide that I want to marry you, I can give you a sign because you always want to marry me and you want to wait for me, and yes that’s my sign.”

Ale kembali membelalakan matanya, membuat Xena tertawa kecil. “Just so you know, I always want to marry you too, sorry for making you wait a little longer.” ujar Xena, membuat Ale tersenyum dengan sangat lebar.

“No. It’s really worth the wait. Jadi Na, aduh, bentar.” senyum enggan lepas dari wajah Ale, Ale sadar betul ia pasti terlihat bodoh sekarang karena salah tingkah. Xena tertawa melihat Ale yang seperti kehilangan kontrol atas dirinya.

“Jadi, kamu bakalan jadi istri aku?” Xena mengangguk kemudian tersenyum, membuat senyuman di wajah Ale semakin melebar. At this moment, she feels even more loved, never in her life she imagined that the idea of marrying her would bring this much joy to someone else’s face.

Ale kembali menenggelamkan Xena kedalam dekapannya. “Ayo kita nikah. But no, I’m not proposing right now.”

Xena melepaskan pelukan mereka kemudian mengangkat sebelah alisnya penuh tanya. “What do you mean?”

“Not now, not here, not me in this short not me in this messy hair. I have better plan. Tapi, ayo kita menikah. I’m not proposing, but I’m proposing, but I’m not proposing, just want to make sure you know damn well that I’m so ready to get enganged, I’m so ready to marry you. But I’m not proposing, not now, not here.” ujarnya tanpa jeda.

“You’re silly.” jawab Xena sembari menggelengkan kepalanya. Ia lalu tertawa, membuat Ale ikut tertawa bersamanya. Ale kemudian mengusap pipi Xena dengan tangan kanannya. “Thank you. I’m so in love with you, I hope you know how much.”

“I know.”

“I will make it more romantic, I swear.”

“You don’t have to.”

“I insist. So please, don’t think of it as me proposing you, okay? I can do better than this.”

Xena tertawa kemudian mengacak-acak rambut Ale, membuat rambutnya yang sudah berantakan semakin terlihat berantakan. “Okay.”

Setelahnya, mereka hanya duduk, menikmati moment pagi sembari saling berpegangan tangan seakan tidak mau jauh barang satu sentipun dari satu sama lain. They are at peace by simply being next to each other. Xena merasa seperti dirinya dengan Ale, begitu juga dengan Ale yang merasa seperti dirinya bersama Xena.

Xena tersenyum kepada dirinya sendiri. Dia adalah wanita yang berani percaya lagi, dia adalah wanita yang berani jatuh cinta lagi. And she loves that fact. She loves the fact that she gave herself a try. She loves the fact that she tried to be brave. She loves the fact that she bravely put herself in a position to fall in love with Ale. Being in love with Ale is like reading the first paragraph of a book and know it right away that book will be her favorite. She doesn’t regret a single thing. In fact, she’d regret a thing if she chose not to fall for him. He made it easy for her to open her heart again, and she can’t be even more thankful.

Dan bagi Ale, jatuh cinta dengan Xena adalah one of the best things ever happened to him. Perasaan cinta yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan akan ia rasakan. Perasaan cinta yang tidak pernah ia sangka akan membuat hatinya sehangat dan sebahagia ini. Cinta yang tidak menuntut, tapi menenangkan. Cinta yang membuat mereka sama-sama bertumbuh, kearah yang lebih baik. Cinta yang menyemangati setiap perjalanan hidupnya.

Mereka berharap, mereka benar-benar diciptakan untuk bersama. Mereka sama-sama berdoa, things won’t make them separated.

“Let’s stay together forever, shall we?” ujar Ale, membuat Xena mengangguk. Ia kemudian kembali menghapus jaraknya dengan Ale, memeluk tubuhnya erat. “Forever, me and you.”