Count Me In, Because I Love You
Cw// kiss
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam saat Xena akhirnya membalas pesan Ale. Selagi menunggu, Ale ditemani oleh lagu dari Bruno Major, alunan nada yang tenang membuatnya sedikit mengantuk, ia bahkan sempat memejamkan matanya sebelum akhirnya terbangun setelah mendengar bunyi notifikasi pesan dari Xena.
Hari ini adalah hari yang panjang, baginya. Sebagai penyanyi yang memproduseri musiknya sendiri dan memiliki perusahaan rekaman ‘Madheva Records’ tentunya hal yang wajar jika ia sibuk dan banyak menghabiskan waktunya di studio, menggarap musiknya, maupun penyanyi lain yang ada dibawah naungan labelnya. Hari yang panjang, tapi ia tetap ingin memastikan Xena benar-benar baik-baik saja.
Dari kaca mobil, dilihatnya Xena yang berjalan menghampiri mobilnya. Wajahnya terlihat lelah, badannya seperti gontai, kekhawatiran Ale bukan tanpa alasan. Belakangan, Xena memang seringkali pulang larut, pernah sekali Xena juga tak sengaja bilang dirinya tidak betah bekerja di kantor sekarang.
“Ale tuh kan kamu keliatan capek, kenapa malah jemput aku ih?” Ucap Xena setelah masuk ke dalam mobil Ale, dilihatnya Ale yang bersandar sembari tersenyum kearahnya.
“Gapapa, aku kangen.” Tangan Ale mengelus pipi Xena lembut, menatap matanya, mencoba untuk mencari jawaban dari hal yang menganggu pikirannya.
“Capek ya, Na?”
“Lumayan.”
“Ada yang mau kamu ceritain?”
“Soal apa?”
“Soal kerjaan, mungkin?”
“Hmm aku bingung sih. Aku sekarang jadi merasa kerjaan ini bener-bener bukan aku. Tapi aku takutnya aku aja yang lemah, aku aja yang gak bersyukur. Ah bingung rasanya, Le. Tapi beneran kadang aku ngerasa kecekik, kerja disini.” Xena menghela napasnya kasar.
“Hey, inget, your feelings are valid. Aku ngerasa sekarang kayanya kamu emang lagi bener-bener capek.”
“Iya. Capek banget sebenernya sih. Aku kadang kepikiran resign aja. Tapi aku belum ada 6 bulan juga disini.”
“Kamu kuat gak, kalau harus nunggu sampai 6 bulan?”
“I guess? Ya aku kuat-kuatin deh. Karena kayanya lebih baik aku stay dulu deh.”
“Bener?”
“Iya, kayanya lebih baik gitu. Lagian sekarang aku ada kamu, obat banget deh kamu! Hahahaha”
“Sini bentar deh…” ujar Ale sembari merentangkan tangannya, Xena tertawa kecil sebelum akhirnya menuruti, ia mengikis jaraknya dengan Ale yang langsung mengeratkan pelukannya.
“You deserve a tight hug after a tiring day. Tapi kalau kamu bener-bener gakuat, tolong berhenti ya, sayang? Kita sama-sama cari apa yang kamu mau lakuin, what suits you the best, oke?” Ale meletakan dagunya di atas kepala Xena, tangan kanannya ia pakai untuk mengelus bagian belakang kepala Xena.
“Iya Ale.” Xena membenamkan wajahnya di dada Ale. Ia selalu suka wangi Ale. Wangi yang khas. Setiap saat tidak berubah. “Ale…kamu wangi banget, sih.” Ale hanya terkekeh menyadari Xena yang semakin menekan wajahnya pada dadanya, mempererat pelukan mereka.
Lagu Tapestry Bruno Major terdengar sayup-sayup mengiringi pelukan mereka.
More than all the things that I have seen You will always be part of my tapestry More than all the places I've been You will always be part of my tapestry
Ale mengecup pelan puncak kepala Xena, “This, buat otak kamu yang udah bantu kamu kerja keras dan mikir keras. Thank you otaknya Xena, please stay sane.”
Ale melepaskan pelukan mereka perlahan, kedua tangannya menangkup wajah Xena. Mata mereka bertatap singkat sebelum akhirnya Ale mengikis jarak mereka dan mengecup lembut kelopak mata Xena yang terpejam. “Ini buat mata kamu, yang meski ngantuk tetep mau diajak kerjasama untuk kerja keras. Makasih mata Xena, tolong bantu Xena ya?” Ujarnya setelah melepas kecupan singkatnya, seolah benar-benar berbicara kepada mata Xena.
Ale kembali menatap Xena, kemudian mengecup pipinya pelan. “Kalau ini cuma balasan dari yang waktu itu.” Ujarnya yang kemudian terkekeh geli. Xena tertawa kecil, perutnya mulai merasa penuh karena kecupan-kecupan yang Ale berikan.
Ale kembali mengikis jarak mereka sebelum akhirnya mengecup singkat bagian pinggir bibir Xena. “Ini karena bibir kamu tetep mau senyum, walaupun lagi capek.”
Setelahnya, mereka hanya saling bertatap, tangan Ale masih berada di pipi Xena, matanya menatap Xena lekat seakan meminta izin, setelah dirasa ada sinyal izin dari Xena, Ale langsung menghapus jaraknya dengan Xena dan mencium bibir Xena lembut, Xena tak menolak, mereka saling menautkan bibir, tangan Xena ia kalungkan di leher Ale, menariknya untuk mendekat. Mereka ingin mengekspresikan perasaan mereka dalam bentuk sentuhan fisik. No tongue involved, it’s just them, expressing their feelings through a kiss.
Setelah tautan bibir mereka terlepas, Ale menempelkan dahinya dengan dahi Xena, mereka tersenyum. Saling larut dengan perasaan bahagia yang sama-sama mereka rasakan.
“Na, count me in. Aku sayang banget sama kamu.”