Cry On My Shoulder
Bagi Xena, kepergian dan kedatangan seseorang selalu menjadi misteri kehidupan yang unik. Kita semua tidak akan pernah bisa menebaknya. Semuanya bisa terjadi di luar rencana. Terbukti, dengan kepergian Dean dalam hidupnya yang tak pernah ia sangka akan terjadi sebelumnya, juga dengan kedatangan Ale—yang bahkan dulu terasa sangat di luar jangkauannya—kedalam hidupnya. Semuanya misteri. Misteri yang ketika dipahami hikmah dibaliknya, ternyata selalu menjadi rencana yang indah.
When one door closes, another opens. Xena seringkali mengulang kalimat tersebut dalam benaknya, meyakinkan dirinya bahwa setiap hal buruk yang terjadi, bisa jadi membuka jalan baru bagi hal baik lain untuk datang. Karena baginya, kehidupan adalah perihal menerima. Menerima hal buruk, menerima hal pahit, menerima hal yang tidak direncanakan, hingga akhirnya penerimaan tersebut membawanya kepada banyak hal baik yang menanti.
Ale tersenyum lebar menatap Xena yang masuk ke dalam mobilnya dengan dress berwarna putih selutut dan rambut yang digerai. Cantik, baginya Xena selalu cantik.
“Pagi sayang, how was your sleep? I had a super good sleep last night.” sapa Ale.
“I had a good one as well. Thanks to you.” jawab Xena sembari tersenyum. Salah satu hal manis dari Ale yang Xena sukai adalah bagaimana ia selalu mengelus pipi Xena lembut sembari menyapa Xena dengan sapaan hangat sesaat setelah Xena masuk ke dalam mobilnya dan duduk di kursi sebelahnya. Hal kecil yang bagi Xena manis sekali.
“Tadi malam aku baca lagi buku kamu. Aku beneran suka banget deh. Aku nggak pernah nyangka, mimpiku buat jadi penulis nggak terwujud. Tapi aku malah dapat pacar penulis yang nulis tentang aku.” ucap Ale sembari tertawa kecil.
Xena terkekeh kemudian mengangguk. “Aku sebelumnya nggak pernah berencana untuk nulis novel romance loh Le, tapi aku pengen kamu abadi aja, abadi di tulisan aku. Aku pengen orang-orang tahu ada laki-laki sebaik kamu. Aku pengen cewek-cewek yang udah nggak percaya cinta percaya lagi, kalau masih ada cinta yang baik di dunia ini. Aku pengen kenalin kamu ke dunia.”
Ale benar-benar tidak tahu harus berkata apa lagi. How can someone be this sweet? Ia tidak tahu harus berapa kali mengatakannya, tapi dia benar-benar merasa beruntung atas kehadiran Alka Xena Zanitha dalam hidupnya.
“Makin aku baca bukunya, makin aku jatuh cinta sama isi kepala kamu, Na.” Ale mengulurkan tangannya, mengelus kepala Xena dengan lembut. “Yang ada disini, itu indah banget, kamu tahu?” ujarnya sembari menepuk-nepuk kepala Xena pelan dengan telapak tangannya.
“Kamu keren, selalu keren, aku beneran mau dukung kamu nulis seumur hidup aku.” Ale mengulas senyum dan menatap Xena tepat di matanya, matanya yang berwarna gelap dan cantik, mata yang selalu membawa tenang tiap Ale menatapnya. Gadis itu balas menatapnya dengan pandangan yang terlihat bahagia sekaligus haru. “Tahu kalau kamu suka bukunya, bikin aku seneng banget.” jawabnya.
Ale mengikis jaraknya dengan Xena, kemudian mencium pipinya, dalam namun lembut. “You did a good job. I mean it.” ucapnya, membuat Xena tak kuasa untuk menahan senyum lebarnya.
Kali ini giliran Xena yang mendekat, membuat Ale sedikit terperangah, ia kemudian mencium pipi Ale sama lembutnya. “I’m glad you like your gift.” bisiknya.
Gelak tawa terdengar dari bibir Xena ketika melihat Ale hanya terdiam dengan mukanya yang tegang. “Kamu kenapa?” tanya Xena.
“You always know how to make me nervous, huh?”
Xena kembali tertawa. Tawa yang selalu membuat Ale ikut tertawa. Tawa yang selalu berhasil membuat jiwanya menjadi lebih ringan.
“Oke, udah siap?” tanya Ale setelah mereka selesai dengan tawa mereka. Sebenarnya, Xena mungkin tidak akan pernah siap, tapi ia manggut-manggut kemudian mulai membuka tasnya dan mengeluarkan sepucuk surat dalam amplop cokelat yang kemarin Ayahnya berikan. Surat yang ternyata pernah Bunda Xena titipkan pada Ayahnya untuk Xena. Xena sengaja membawanya karena dia sudah berencana untuk membaca surat tersebut berdua dengan Ale. Xena merasa, ia tidak akan sanggup jika harus membaca surat tersebut sendirian, maka kemarin Ale menawarkan diri untuk menemaninya.
Tangan Xena sedikit gemetar ketika hendak membuka amplop cokelat tersebut, Ale yang melihatnya langsung menggenggam tangan Xena, meyakinkannya kalau ia akan baik-baik saja, mengingatkannya kalau Ale ada bersamanya. Setelah amplop tersebut terbuka, Xena mulai membuka surat tersebut dan membacanya bersama dengan Ale yang ada di sebelahnya.
September, 2016
Halo, Nana anak Bunda.
Kalau kamu baca surat ini, berarti salah satu doa Bunda untuk kamu sudah terkabul. Doa yang Bunda pernah harapkan akan diaminkan seluruh semesta. Doa yang bunda harapkan, akan terus mengaung meski Bunda sudah tidak ada di dunia ini. Selamat ya, Nak. Kamu berhasil mewujudkan salah satu harapan kamu, dan harapan Bunda untuk kamu juga.
Banyak hal yang buat Bunda khawatir di dunia ini. Tapi untuk saat ini, ada satu hal yang sangat mengganggu pikiran Bunda. Bunda khawatir, setiap membayangkan kamu harus tumbuh tanpa Bunda. Bunda khawatir, setiap membayangkan kamu akan sedih berlarut-larut karena Bunda. Bunda khawatir, Bunda akan pergi meninggalkan luka yang dalam buat kamu. Jadi setiap hari, Bunda selalu berdoa, semoga meskipun Bunda sudah nggak ada di dunia ini, banyak kebahagiaan akan menyertai hidup kamu, banyak kebaikan yang akan mengiringi langkah kamu, dan banyak manusia baik yang akan menemani kamu tumbuh.
Bunda berdoa, semoga dalam hati Nana tumbuh banyak kebaikan. Bunda berdoa, luka yang Bunda goreskan nggak akan membuat hati Nana mati. Bunda berdoa, hidup Nana tetap dilimpahi oleh banyak harapan dan semangat.
Dan dengan kamu membaca surat ini, Bunda yakin, doa Bunda berhasil dikabulkan Tuhan dan direstui semesta. Selamat, Nak. Kamu berhasil mewujudkan mimpi kamu untuk menjadi penulis. Bunda mungkin nggak ada di sisi kamu untuk mengucapkan selamat secara langsung, tapi kamu harus tau kalau Bunda turut senang, dan Bunda sangat bangga. Bunda selalu bangga punya Nana. Bunda selalu bangga sama Nana.
Ada lagi satu harapan Bunda untuk Nana, semoga Nana dipertemukan dengan laki-laki yang baik. Laki-laki yang akan menggantikan peran Ayah untuk melindungi kamu. Laki-laki yang dikirim Tuhan untuk menjadi pasangan dalam hidup kamu. Maafin Bunda ya Nak, harus pergi duluan. Sampaikan juga maaf dari Bunda pada laki-laki itu kalau kamu sudah menemukannya, maaf karena tidak bisa menyapanya secara langsung. Dan sampaikan terimakasih juga, terimakasih sudah membersamai langkah Nana. Bunda mendoakan kalian berdua, agar tetap bahagia bersama. Dan lagi, Bunda berdoa, semoga doa Bunda tetap mengaung meskipun raga Bunda sudah tidak ada di dunia.
Nana, Bunda tidak pernah benar-benar pergi. Bunda tidak pernah benar-benar lenyap. Bunda selalu ada, selama kamu masih mengingat Bunda. Bunda selalu ada, selama Bunda masih ada di hati Nana. Semoga kita bisa bertemu lagi di tempat yang lain, di tempat yang baik, dengan tetap menjadi Ibu dan anak.
Bunda yakin Nana anak yang kuat. Nana anak spesial yang dilimpahkan beban kehilangan oleh Tuhan. Beban kehilangan yang semoga akan membuat Nana lebih memaknai kehidupan. Nana harus selalu ingat, kalau Bunda selalu ada di sekitar Nana. Meskipun Nana nggak bisa lihat Bunda. Meskipun kita nggak bisa saling bertegur sapa. Meskipun raga Bunda nggak bisa lagi memeluk Nana, tapi Bunda selalu ada sama Nana, Bunda mau Nana ingat itu, sampai nanti kita ketemu lagi, di tempat lain yang baik.
Terimakasih Nana, sudah lahir menjadi anak Bunda. Bunda sayang Nana melebihi Bunda sayang siapapun di dunia ini. Semoga doa Bunda terus mengaung di dunia, menyertai banyak langkah Nana.
16 tahun bersama Nana adalah masa paling indah Bunda di dunia ini.
Bunda sayang Nana, selamanya.
Kartika Estheria Selamanya Bunda Nana
Tubuh Xena bergetar hebat bersamaan dengan matanya yang mulai mengeluarkan air mata.
Ternyata Bundanya menyiapkan ini semua, Bundanya sungguh memiliki keyakinan yang besar kalau ia dapat mewujudkan mimpinya. Bundanya benar-benar memastikan akan hadir dalam moment-moment baik hidupnya.
Ale merengkuh Xena ke dalam dekapannya, memeluknya erat sembari mengelus punggung Xena. Ia bisa merasakan sakit yang Xena rasakan. Ia turut merasakan kerinduan Xena terhadap Bundanya yang amat besar.
“It’s okay, cry your heart out.” ujar Ale yang membuat Xena semakin terisak. Mendengar isakan Xena, Ale tak kuasa untuk tak ikut mengeluarkan air mata. Matanya mulai basah, namun ia tetap berusaha untuk terlihat tenang, ia harus menjadi tameng Xena saat ini.
“Aku kangen Bunda.” ucap Xena sembari terisak.
“I know.” jawab Ale, masih sambil mengusap-usap punggung Xena menenangkan. Ia mengeratkan pelukannya, kemudian mengecup kepala Xena.
“Bunda kamu Bunda yang baik. Bunda kamu pasti sekarang ada di tempat yang juga baik.” ujar Ale lagi, berusaha menenangkan.
Xena kembali menangis, kali ini makin kencang. Jika saja ia bisa mengembalikan waktu, ingin sekali rasanya ia merasakan pelukan hangat Bundanya sekali lagi. Rindunya teramat besar. Sampai rasanya, hal tersebut akan terus menjadi luka dalam hidupnya yang tidak akan pernah benar-benar sembuh.
“Doa Bunda kamu beneran mengaung di dunia ini. Doa Bunda kamu masih ada sama kamu. Aku yakin, Bunda kamu juga selalu disini sama kamu.”
“Bunda kamu bangga sama kamu, Na.”
Xena makin membenamkan kepalanya di dada Ale, tubuhnya masih bergetar, membuat Ale semakin mengeratkan pelukannya.
“Maaf—-maaf karena a——ku jadi lemah la—-gi seka—-rang.” Ujar Xena sembari terbata.
“Ssshhh, no, you don’t have to say sorry for that.” Ale melepaskan pelukannya kemudian menangkup pipi Xena dengan kedua tangannya.
“Sekarang kamu lihat aku, kamu bisa keluarin semua isi hati kamu sama aku. Kamu bisa cerita semuanya sama aku. Kamu bisa jadi lemah juga sama aku. Kamu bisa keluarin emosi kamu sama aku. Aku disini, oke?”
Xena kembali memeluk Ale, ia menangis cukup lama dalam dekapan Ale. Pagi itu, adalah pagi yang hangat sekaligus sendu bagi mereka berdua.
“I have something for you, actually.” ujar Ale setelah Xena sudah cukup tenang. Xena hanya diam, memperhatikan Ale yang mulai memasukkan sebuah cd kedalam cd player dalam mobilnya.
Alunan suara piano yang pelan dan lembut mulai terdengar, Xena memejamkan matanya ketika mulai mendengar suara Ale yang bernyanyi. Dari situ ia tahu, ini adalah lagu lain yang Ale buat untuknya.
“We’ve seen many things, but that wasn’t enough. We’ve been through many places, but I hope we could do that more. But we’re two worlds apart, we’re two worlds apart So are you up there? Please just tell me you’re doing fine So are you seeing me from up there? Please give me a sign Sometimes I can still see your shadow But time to time it came out even more blurry I’m starting to forget the way you sound Starting to forget the way you talk I miss you, I don’t know what else there is to say But I hope you’re doing fine I hope you’re seeing me from up there Until we meet again, until we meet again”
Xena masih terisak bahkan setelah lagu berhenti terdengar. Ale kembali memeluknya, membenamkan Xena dalam dekapannya.
“Kamu ingat nggak kamu pernah minta sama aku untuk buat lagu sedih?” Xena mengangguk, gerakan kepalanya terasa di dada Ale. Ale mengelus belakang kepala Xena. “Ini lagunya, aku sengaja buat untuk kamu. Buat Bunda kamu juga.”
Xena manggut-manggut lagi, ia ingat betul saat dimana ia harus pergi ke rumah sakit untuk mengantar Haikal. Ia ingat betul saat dimana ia melihat Ale tanpa sengaja. Ia ingat dengan jelas, dulu mereka tidak lebih dari sekadar penggemar dan idolanya, Ale bahkan sama sekali tidak mengenalnya.
Ia juga ingat ketika ia mengirimi Ale DM Instagram dan secara tidak langsung memintanya untuk membuat lagu sedih yang dapat menemaninya menangis. Dulu, tidak pernah sekalipun ia memikirkan Ale akan membaca pesan tersebut. Dulu, tidak pernah sedikitpun ia berpikir mereka akan menjadi seperti sekarang.
Xena tersenyum tipis, terharu dengan cara kerja alam raya. Tidak hanya membuat lagu sedih, Ale bahkan membuat lagu sedih khusus untuknya, sekaligus membagi peluknya ketika ia menangis karena lagu yang dibuatnya.
“Kamu bisa nangis pakai lagu ini. Nggak apa-apa untuk sedih kadang-kadang. Tapi aku buat lanjutan dari lagu ini.”
Ale kembali memasukan cd lain ke dalam cd playernya. Setelah suara Ale terdengar lagi, Xena memejamkan kedua matanya.
“When the world is trying to bring you down I hope you know how loved you are When the world is trying to be hard and cold I hope you remember how loved you are”
Air mata Xena keluar dari matanya yang terpejam. Ale menggenggam kedua tangan Xena, mengusapnya dengan ibu jarinya.
“I know sometimes it’s tiring I know sometimes it’s hard So put your head on my shoulder You can cry on my shoulder” I will wipe your tears away Just put your head on my shoulder That’s why I’m here for”
Ale menarik Xena untuk mendekat, Xena mengistirahatkan kepalanya di pundak Ale, melanjutkan tangisnya.
“You can be sad, it’s okay to be sad. And you can be sad with me. You can cry on my shoulder.” bisik Ale lembut. Xena kembali menangis, kali ini bersamaan dengan seulas senyum yang ia keluarkan.
Untuk ke sekian kalinya, Xena tak berhenti mengucap syukur dalam hati karena memiliki Ale di sisinya. Untuk ke sekian kalinya, ia berdoa dalam hati agar banyak hal baik datang ke kehidupan Ale, sebagaimana ia memberikan banyak hal baik pada hidupnya yang sempat sunyi. Untuk ke sekian kalinya, ia berdoa agar Tuhan mengizinkan mereka bersama untuk waktu yang lama, ia berharap Ale Madheva akan ada dalam hidupnya untuk waktu yang sangat lama. Melebihi abadi, jika bisa.