I'd Like to Share Many Laughter With You
“3 bulan yang lalu, gue cerita ke istri gue. Gue udah makin tua, temen gue makin sedikit, tapi gue punya banyak cerita yang pengen gue obrolin ke orang-orang, gimana ya caranya? Terus dia bilang, kamu kan comedian, dikenal, followersnya banyak, kamu jual tiket aja, biar orang bayar buat dengerin kamu curhat. Terus gue bilang, mana ada orang segoblok itu?”
Raditya Dika yang berdiri di atas panggung memberhentikan sejenak pembicaraannya, memberi waktu untuk penonton yang sudah memenuhi Gedung Istora Senayan untuk tertawa. Xena, Ale, dan rombongannya ikut tertawa terbahak-bahak. Ale menengok kearah Xena, menikmati tawa Xena yang berada di sebelahnya. Xena ikut menoleh, membuat mereka yang saling bertatapan tertawa makin kencang.
“Dan sudah ada di ruangan ini orang-orang goblok ya. Cuman sekali insta story loh, langsung sold out, betapa bodoh dan tidak punya waktu ya kalian, ya?”
Suara tawa penonton kembali memenuhi seisi Gedung, kali ini diiringi dengan tepuk tangan yang tak kalah riuhnya.
“Dan kemarin-kemarin, ada yang lucu. Ternyata ada satu pasangan yang menambah populasi orang goblok itu.”
Ale dan Xena yang menyadari bahwa yang dimaksud oleh Raditya Dika sang Stand Up Comedy-an adalah mereka berdua langsung nyengir saling tatap. Zeta, Haikal, Zara, Nara, dan kedua orang tua mereka ikut tertawa. Nara yang duduk di sebelah Ale menepuk-nepuk pundak Ale, begitu juga Zeta yang berada di sebelah Xena yang langsung memberi reaksi dengan meremas tangan kiri Xena.
“Buat Ale dan Xena, kalian duduk dimana ya? Coba kalian berdiri.” ujar Raditya Dika sembari sedikit meyipitkan matanya, berusaha menembus cahaya lampu sorot yang diarahkan padanya, menelusuri bangku penonton untuk mencari keberadaan Ale dan Xena yang membuat sebulan belakangan ini Stand Up Comedy kembali ramai dibicarakan. Rombongan Ale dan Xena ikut heboh menyertai mereka yang beranjak dari duduknya. Lampu sorot yang sebelumnya mengarah ke panggung langsung berpindah ke tempat mereka sekarang berdiri. Penonton yang sebelumnya memusatkan perhatiannya ke panggung langsung menoleh, kemudian bertepuk tangan.
Detak jantung Xena menjadi lebih cepat memikirkan semua perhatian yang tertuju padanya. She’s excited and feeling kinda awkward at the same time. Ale yang menyadari bahwa Xena merasa sedikit resah atas semua perhatian ini langsung menjulurkan tangannya, menggenggam tangan Xena yang berada di sebelahnya dengan erat. Ibu jarinya mengusap-usap punggung tangan Xena, berusaha mengingatkan bahwa ia tidak sendiri di tengah keramaian ini. Xena ikut mengeratkan genggaman tangan mereka, kemudian tersenyum lega karena detak jantungnya perlahan kembali beranjak normal.
“Nah ini, keren kalian. Makasih ya, udah mendatangkan lebih banyak orang goblok lainnya.”
Xena dan Ale yang masih berdiri tertawa. “Tapi jangan merasa spesial, ini gue mau Stand Up Comedy lagi bukan karena kalian, kebetulan aja lagi pengen cerita.” Ale dan Xena mengacungkan jempol mereka, kemudian tertawa. Panitia acara memberikan microphone kepada keduanya, mereka kemudian berbincang dengan Raditya Dika dari posisi mereka. Setelahnya, Ale dan Xena kembali duduk di bangku mereka.
“Thank you.” bisik Xena.
“For what?”
“For holding my hand, it helped me. Jadi pusat perhatian kaya gitu gak begitu menakutkan juga, kalau ada kamu.”
Ale tersenyum, tangannya masih menggenggam tangan Xena. “I love holding these hands.” jawabnya, kali ini ia menggenggam tangan Xena dengan kedua tangannya.
“Let’s enjoy the show, it’s your day.” bisik Ale lagi. Xena tersenyum, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada Raditya Dika yang mengeluarkan materi demi materi.
Pada sela-sela tawa yang mereka bagi bersama di acara Stand Up Comedy ini, Xena menyempatkan diri untuk menoleh kearah semua orang-orang penting dalam hidupnya yang ikut menonton bersamanya. Ia perhatikan lekat-lekat Zeta yang tertawa terbahak-bahak di sebelah kirinya sembari sesekali memukul pelan paha Xena, sinar mata Zeta sungguh hidup, tanpa perlu Zeta berkata apapun, Xena bisa melihat bahwa Zeta sungguh menikmati pertunjukan komedi ini.
Pandangannya bergeser kearah Ayah dan Ibu Ale yang berada di sebelah Zeta, dari raut wajah mereka juga terlihat bahwa mereka ikut menikmati. Ayah dan Mamahnya juga kelihatan senang, sesekali Ayah Juna dan Ayah Tedi saling mengobrol membahas lelucon yang dibawakan, kemudian tertawa bersama, membuat hati Xena yang melihatnya semakin menghangat. Memiliki keluarga pasangan yang menerima dia dan juga keluarganya dengan baik adalah mimpinya selama ini jika ia ditakdirkan untuk memiliki pasangan—yang benar-benar terkabul pada akhirnya. Ayah Juna sempat menengok kearah Xena yang memandangi mereka, kemudian tersenyum penuh arti, membuat Xena tak kuasa untuk tidak ikut tersenyum.
Xena benar-benar senang, melihat semua orang yang dia sayangi berada disini bersamanya. Berbagi tawa bersama, berbagi kebahagiaan bersama. Xena menoleh kearah Haikal, Zara, dan Nara yang berada di sebelah kanan Ale, ia memang tidak mempunyai banyak teman, namun mereka bertiga sudah lebih dari cukup. Mungkin ada benarnya yang seringkali dibilang oleh kebanyakan orang, it’s quality over quantity. Semakin bertambah dewasa, kita akan semakin menyadari siapa yang berhak tinggal, dan siapa yang seharusnya pergi mengikuti seleksi alam.
Pandangannya bergeser kearah Ale yang berada di sebelahnya, dilihatnya Ale yang tertawa sampai matanya terpejam dan kepalanya tertarik ke belakang. Yang terlintas di pikiran Xena sekarang adalah bagaimana ia bisa membuat moment itu bertahan selama mungkin. His laugh is always therapeutic, and laughing together with him is always fun.
Ia sadar, hal yang dulu membuatnya merasa buruk ternyata bisa mengarahkannya pada kehidupan yang jauh lebih baik dari yang pernah terbayangkan. Dulu, ketika Dean menyatakan perasaannya, ia berpikir bahwa mereka akan bersama selamanya. Tragic truth—the relationship ended, membuat angan-angan menjadi sekadar angan-angan. Termasuk menonton Stand Up Comedy bersama, hal tersebut hanya menjadi rencana yang gagal dan tidak terealisasikan. Setelah hubungannya kandas, ia sempat berpikir bahwa ia tidak akan merasakan rasanya jatuh cinta lagi. Tanpa disangka-sangka, cinta yang datang selanjutnya justru membuat kehidupannya menjadi lebih baik. There’s always the bad in the good, and the good in the bad, meski kadang untuk melihat dan menyadarinya membutuhkan waktu, she has just realized it. Something happens for a reason, and we don’t have to rush the journey of knowing the reason. But after we know the reason, we might feel super thankful for every closed doors that lead us to a new open door. Just like how Xena feels super grateful for her closed doors.
Jika ia jadi menonton Stand Up Comedy dengan Dean, jika hubungan mereka tidak pernah kandas, jika pintu yang tertutup itu tidak pernah ada, ia mungkin tidak akan pernah menemukan kebahagiaan seperti ini.
Melihat Ale yang tertawa di sebelahnya membuatnya semakin sadar bahwa Ale adalah hadiah dari penerimaannya akan pintu yang tertutup, dan kesempatan yang hilang. Ia juga sadar, hal yang ia inginkan adalah bersama dengan Ale untuk waktu yang lama, sangat lama.
She knows it for sure, problems in life might not end, because life is simply a thing with an endless problems. Dia juga sadar, banyak hal yang bisa terjadi di masa depan. Hal yang mungkin tidak sesuai harapan mereka, hal yang mungkin tidak mengikuti rencana mereka. Mereka berdua mungkin berpisah, contohnya. Walau dia tidak pernah bisa membayangkannya. But right now, she wants nothing but to enjoy this moment. Right now, she wants to believe in this love. Right now, she wants nothing but to wish that she and Ale get to grow old together.
Ale menoleh kearah Xena yang menatapnya. “Super happy?” tanyanya sembari tersenyum senang. Xena mengangguk, kemudian kembali menggenggam sebelah tangan Ale. Ale juga merasakan rasa hangat di dadanya, melihat Xena sebahagia ini membuatnya turut merasakan bahagia yang berkali-kali lipat. Ia kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Xena lalu berbisik pelan. “You know what, I hope you stay around for a very long time because I think I want you in my life forever.”
Setelah acara Stand Up Comedy berakhir, Xena dan Ale mengeluarkan beberapa tote bag dari mobil Ale. Xena membagikannya kepada Ayah Juna, Mamah, Ayah Tedi, Ibu, Zeta, Zara, Haikal, dan Nara. “Hadiah dari aku, tapi bukanya nanti aja kalau udah sampai rumah masing-masing.” ujarnya setelah semuanya sudah memegang satu tote bag.
Nara mengintip kedalam tote bag tersebut hanya untuk menemukan bungkusan lainnya. “Yah, double protection. Gue paling nggak bisa nih gini gini, penasaran gue.” ujarnya yang kecewa karena belum bisa mengetahui isi dari tote bag tersebut.
“Udah, nanti juga tahu sih.” jawab Xena yang kemudian diikuti oleh dengusan pasrah dari Nara.
“Pulang yuk Yah, Bu? Aku pengen tahu isi hadiahnya.” ajak Zeta yang ikut penasaran, kedua orang tuanya hanya tertawa. Membuat Zeta ikut mendengus karena tahu bahwa dia juga masih harus menahan rasa penasarannya.
Setelah berbincang-bincang, semua beranjak ke mobil masing-masing untuk pulang. Setelah Xena dan Ale masuk ke mobil, Ale yang sebenarnya juga penasaran ikut bertanya. “Hadiahnya apa sih sayang?”
Xena mengangkat kedua bahunya sembari tersenyum meledek. “Well, kamu bisa lihat nanti kalau udah di rumah.”
“Aduh, aku penasaran banget. Tapi aku masih mau sama-sama kamu.”
“Yaudah tahan rasa penasarannya. Nanti juga kamu tahu.”
“Hadiahnya sama semuanya?”
“Berhenti nebak-nebak.”
Ale mendengus kemudian tertawa. “Okay then. Aku pasrah menahan rasa penasaran.”
Setelahnya, mereka saling tatap. Xena tersenyum lebar, yang dibalas dengan senyuman yang sama lebarnya oleh Ale. Ale lalu mengusap kepala Xena lembut. “Super happy, sayang?”
Xena mengangguk penuh semangat. “Super happy. Kamu happy?”
“Of course I am happy, you can see it in my eyes right?”
Xena kembali mengangguk. “Tadi, saking senangnya, aku sempat kepikiran Bunda. I miss her a lot. Sempat mau menyalahkan takdir, andaikan Bunda juga masih ada disini dan bisa nonton bareng aku. Tapi gak apa, aku yakin Bunda sekarang ada di tempat yang baik.”
Kali ini Ale yang mengangguk, tangannya masih berada di kepala Xena, memainkan rambutnya. “She is.” jawabnya lembut.
“Aku seneng banget, Le.” ujarnya lagi. Xena benar-benar merasa senang sampai ia ingin sekali membicarakannya lagi dan lagi. Memastikan Ale benar-benar mengetahui bahwa hari ini, di saat ini, ia bahagia.
“Aku juga.”
“I couldn’t even explain to you how good it feels like to laugh together with you. I’d like to share many laughter with you, I’d like to laugh with you for the rest of my life.” lanjutnya sembari menatap Xena tepat di matanya.
Xena mendekatkan tubuhnya dengan Ale kemudian memeluknya erat, ia menempatkan dagunya di bahu Ale. “Me too.”
Dulu, Xena menyukai Stand Up Comedy karena dengan menontonnya ia bisa melupakan banyak hal sedih dalam hidupnya. Sekarang, ia menyukai Stand Up Comedy sesederhana karena dia suka tertawa. Setelah melalui banyak penerimaan, banyak kedamaian yang datang pada hidupnya. Satu hal yang baru ia sadari, untuk sembuh, accepting things is what we have to do. And it takes time, but that’s okay, everything will come to its closure sooner or later.