I’ll Be Responsible for My Feeling, I’ll Be Responsible for you

Ale sampai di parkiran lebih cepat dari waktu janjian mereka. Sebenarnya, Xena pulang pukul 5 sore tapi Ale sudah bergegas keluar studio musik miliknya sedari pukul setengah 4 meskipun jarak dari studio musiknya dan kantor Xena hanya terpaut sekitar 40 menit.

Pikirannya melayang memikirkan kemungkinan demi kemungkinan. Ia yakin, ia yakin dengan keputusannya untuk mengungkapkan perasaannya hari ini, tapi tak bisa dipungkiri, ia khawatir dan gelisah.

Ale merapihkan mobilnya sekali lagi, memastikan semuanya dalam kondisi baik agar Xena nyaman. Sesekali ia membuka social medianya, sekadar untuk mengurangi debaran jantungnya yang semakin tidak menentu.

Setelah hampir 3 bulan dekat dengan Xena, ia merasa semakin yakin untuk menjadikan Xena kekasihnya secara resmi. Ia ingin membuat jelas hubungan mereka— because honestly, as they get closer, his desire to spend his life with her gets stronger and stronger. He wants to take responsibility for his feeling. And now that his feeling includes her, he’ll be responsible for her.

Setelah menunggu hampir 30 menit, kaca mobilnya diketuk beberapa kali pada bagian samping disebelah kursi penumpang. Ale menoleh kemudian dilihatnya Xena dengan senyum lebarnya.

“Gue udah sering liat Xena, tapi kenapa gue masih kaget karena dia cantik banget, ya?”

Ale ikut tersenyum lebar kemudian dengan sigap membuka pintu mobilnya, mempersilahkan Xena untuk masuk.

“Aleee, lama ya?” Xena langsung memposisikan diri di kursi penumpang sebelah Ale, menarik napas pelan untuk menenangkan diri karena sebenarnya dia gugup, meski sudah kenal Ale selama beberapa bulan ini, ini kali pertama mereka berada diluar bersama, selain acara fanmeeting sebelumnya.

Ale menggeleng pelan, “Gak kok Na. Na kita drive thru makan dulu, ya? Laper nggak Xena?”

“Laper hehehe.” Jawab Xena jujur.

“Oke kita drive thru dulu. Mcd?”

“Iyaa! Mcd aja.” Xena berseru riang.

“Oke.” Ale tersenyum, ia selalu senang melihat Xena yang bersemangat bahkan untuk hal sesederhana apapun. She appreciates every little things, that’s what he learns from her.

Setelah memesan makanan, mereka berhenti sejenak untuk memakan makanan mereka di dalam mobil. Ale merubah posisi duduknya menjadi menghadap Xena, setelahnya, Xena mengikuti, kini mereka saling berhadapan.

“Ada cerita apa aja hari ini, Na?” Tanya Ale setelah menyeruput minumannya.

Pertanyaan itu resmi jadi pertanyaan favorit Xena.

“Ada cerita apa aja hari ini?”

It sounds sincere, it’s like things that happen in her life are interesting enough for him to hear.

Xena langsung menceritakan hal demi hal yang terjadi hari ini, dari kerjaan yang datang dadakan, rekan kerjanya yang tiba-tiba jadi menyebalkan, makanan enak yang ia makan pada jam makan siang, dan bosnya yang memuji hasil kerjanya. Ale mengangguk-angguk dan sesekali merespon—ia lebih banyak mendengarkan setiap Xena bercerita.

“Kalau Ale, ada cerita apa aja hari ini?”

Setelahnya, mereka banyak tertawa karena Ale menceritakan semua hal konyol yang ia dan crew sekaligus temannya lakukan di studio hari ini.

Mereka sering melakukan ini, saling bertukar cerita. Cara mereka berkomunikasi dan mengobrol jugalah yang membuat Ale semakin yakin kalau Xena orangnya.

“Oke, sekarang kita mulai night drive nya, pokoknya kita keliling-keliling aja tanpa arah dan tujuan ya, sambil ngobrol?”

Xena mengangguk setuju, she’s excited.

“Sambil setel lagu, ya?” Ale bertanya lagi.

“Iya Le. Playlist Ale aja dong, pengen denger.”

Lagu pertama yang terputar adalah Lover dari Taylor Swift. Xena langsung ikut bernyanyi disusul oleh Ale.

‘Can I go, where you go? Can we always be this close forever and ever? take me out, and take me home. You're my, my, my, my lover.’

“Yaampun gue nyanyi bareng penyanyi beneran.” Gurau Xena. Mereka berdua tertawa.

“Suara lo bagus Na.”

“Ya ini karena ada suara lo dan Taylor nya Le. Kalau enggak mah…amsyong.”

“Ih enggak. Gue serius, bagus beneran.”

“Jangan gitu, nanti gue tiba-tiba kepengen jadi penyanyi.”

“Ya gak apa apa, nanti masuk label gue. Sini, gue duluan pokoknya yang udah ngetag lo ya kalau lo tiba-tiba pengen jadi penyanyi.”

Mereka kembali tertawa.

Setelahnya, lagu-lagu lainnya dari playlist ‘Reminds Me of You’ Ale yang memang sengaja ia buat untuk Xena terputar, mengiringi obrolan, tawa, dan perjalanan mereka malam ini. Sesekali mereka ikut bernyanyi, sambil saling menoleh kemudian tersenyum setelah bertukar pandang.

“Ale, lagunya bagus-bagus banget. You really got taste!! Tapi ini lagunya setipe ya, tipe-tipe lagu jatuh cinta semua. Ini playlist apa Le?”

Ale memegang setir dengan satu tangannya, tangan kirinya merogoh handphone disebelahnya, kemudian memberikannya pada Xena. “Liat aja.”

Xena langsung melihat playlist yang sedang diputar.

Reminds Me of You, dengan fotonya yang terpasang pada cover playlist.

“and suddenly, every love songs reminds me of you.”

Xena tertegun. Demi apapun rasanya ia ingin keluar dari mobil sekarang juga dan berteriak kesenangan.

Menyadari Xena yang mungkin bingung harus bicara dan merespon apa, Ale langsung mengambil alih.

“Mau dengar lagu jatuh cinta lain gak?” Ale menoleh.

Seperti terhipnotis, Xena mengangguk. Ale tersenyum, rasanya ia ingin mencubit pipi Xena sekarang juga karena Xena dengan muka bingung dan kikuknya terlihat sangat menggemaskan.

“Sebentar…oke kita parkir di depan dulu.”

Setelah mobil berhenti, Ale langsung mengeluarkan CD tempat ia menyimpan demo lagu yang ia buat.

“Ini, lagu baru gue.” Ujar Ale sembari memperlihatkan CD tersebut kepada Xena.

“SERIUS?”

“Yes, one of the projects I’ve been working on lately. And I want you to be the first to hear—other than my crew, of course.”

“Such an honor.” Xena tersenyum riang.

Dada Xena terasa sangat penuh dengan butterflies setelah yang pertama terdengar adalah suara Ale diiringi oleh instrumentasi lembut. Nada lagu ini jauh lebih pelan dari lagu lain yang sudah Ale buat. Lagunya lembut, typical lagu manis yang akan membuat siapapun yang mendengarkan merasa terbuai dengan tenang. Xena selalu suka suara Ale. Rasanya, hanya mendengar suranya saja sudah cukup untuk membuatnya senang dan jatuh cinta. Ia kemudian memejamkan matanya, menikmati lagu baru Ale yang secara eksklusif ia dengarkan hari ini.

“Hey……you there Have I told you i’m glad I met you? It might be fate, or just lucky coincidence, but I’m glad I met you….I’m glad I found you.”

“Never knew that loving could be this easy Now I know, cos you make it easy..”

“Such a rush, I know But I never feel this sure Now that I get to taste how life is with you, I can’t imagine how my life will be without you.”

“So would you please be mine? Cherish every moments, go to places we’ve been dreaming Would you please…..be mine? No need to count the days Cos I wanna stay forever with you anyway.”

“Pretty…you’re pretty And when I say pretty it means you as a whole Pretty….you’re pretty You say sorry way too much, sometimes you just forget you’re enough.”

“So I’m here….I’m here. Want you to know that I’m completely and perfectly happy with you. I’m here, always here, now that my feeling includes you, I’ll be responsible for you.”

“You’re home To me you’re home I’ll make it obvious…so you won’t be confused You’re home You’re home Falling in love is not in my priority But it is if its falling for you.”

“So would you please be mine? Cherish every moments, go to places we’ve been dreaming Would you please…..be mine? No need to count the days Cos I wanna stay forever with you anyway.”

Xena masih tersenyum bahkan setelah lagunya selesai berputar. Lagu ini pasti membuat wanita manapun yang mendengarnya merasa sangat dicintai. Liriknya manis, nadanya menenangkan, seperti biasa, Ale selalu menghasilkan karya yang terdengar tulus.

“Alee! This one is, great!!! As always, lo selalu pinter mainan kata. This is sweet. Lagu ini manis bangetttt Aleeee!!!” Xena bersemangat, ia jujur, lagu ini benar-benar membuat siapapun yang sedang jatuh cinta pasti merasa seperti terbang—termasuk dirinya.

Ale tersenyum lebar melihat reaksi Xena, kali ini mereka kembali duduk berhadapan. Mata mereka saling menatap. Ale berdeham sebentar sebelum akhirnya kembali membuka suaranya.

“You like this song?” Tanyanya, masih sambil tersenyum.

“No, I totally in love with this song. You did great. Really really great.” Xena tersenyum lebar, kemudian menepuk-nepuk pundak Ale, berusaha menunjukkan kalau ia bangga, sangat bangga.

Ale kemudian menyentuh tangan Xena yang berada dipundaknya, membawanya keatas pangkuannya lalu menggenggamnya.

“Thanks to you.” Ale mengusap pelan punggung tangan Xena.

“Honestly, this song is for you, Na. This song is about you.”

“Hah?”

“I want to write you a song and this lyrics is what came to mind.” Ale menatap Xena tepat di manik matanya, yang ditatap masih terkejut—nyaris menangis, ia kaget sekaligus bahagia bukan main.

“Le….”

“Na, I like you—no, I love you. Mungkin ini agak kecepatan? Tapi gue gapernah seyakin ini, Na. I really want to spend my life, with you. Gue benar-benar bersyukur sama segala hal yang terjadi belakangan ini, termasuk pertemuan kita yang—-lucu?“ Ale tersenyum, mengingat cara mereka bertemu yang unik.

“You bring out the best in me, versi diri gue yang bahkan Ale sebelumnya gak pernah kepikiran bakalan ada.” Saking terbawanya ia oleh arus ombak perasaan, mata Ale sedikit berkaca-kaca ketika mengucapkannya, ia benar-benar sebahagia itu bersama Xena.

“Keinginan gue untuk looking after you is big enough for me to say that gue bener-bener truly—deeply—and madly in love with you, Na.”

“Jadi Na, would you please, be mine?“

Bukan jawaban, justru air mata yang keluar dari mata Xena.

“Hey hey…kenapa?” Ale panik, ia mengusap pipi Xena yang basah dengan lembut.

“Aah, maaf Ale. Gue bener-bener…………terharu dan senang banget.”

“No no, it’s okay. Sorry, sorry for making you cry.”

“Nooo, it’s a happy tear, see?” Ujar Xena lagi, kali ini sambil tersenyum lebar, berusaha menunjukkan kalau ia benar-benar bahagia sekaligus terharu, itu yang membuatnya menangis.

“Ale, ternyata gini rasanya dicintai sama orang yang gue cintai juga, ya?” Pertanyaan Xena membuat Ale tersenyum dari telinga ke telinga. Ale kembali mengusap pipi Xena lembut, mengelap air matanya.

“Iya mau, Le.” Jawab Xena setelahnya. Pupil mata Ale membesar, ia bahagia bukan main mendengar jawaban Xena.

Ale adalah laki-laki yang tidak Xena sangka dapat membuatnya sebahagia ini. Ia selalu ada, dan selalu berusaha ada. Ia memberikan ketenangan, dan juga kehangatan— She doesn’t know why falling in love with him makes her feel kinda fearless, she doesn’t really think about bad possibilities, all she thinks is she feels safe to the point that she doesn’t really care about what’s gonna happen in the future as long as she’s with him. Maka dari itu, menurutnya, ia tidak perlu mengulur waktu lagi dan langsung menjawab tanpa ragu.

Maka ditemani terangnya bulan pada malam hari ini, juga riuhnya suara mobil yang berlalu lalang, Ale memberanikan diri untuk membuka suara.

“Na, can I hug you?”

Xena mengangguk. Ale kemudian memeluk Xena erat. Rasa hangat menjalar disekujur tubuhnya, ia juga merasakan dadanya penuh oleh segala perasaan yang serasa meluap-luap. Ia Mengusap-usap bagian belakang punggung Xena sembari berkali-kali mengucapkan terimakasih.

“Na…makasih.”

“Makasih, Na.”

Xena membenamkan wajahnya di pundak Ale, kedua tangannya ia lingkarkan di punggung Ale. “Ale, makasih juga. Makasih udah hadir.”

Jalanan kota Jakarta yang seakan tak pernah mati menjadi saksi dua insan yang saling jatuh cinta, beserta harapan penuh bahwa takdir juga akan berpihak pada mereka.