It’s Loud and Clear, She’s Something Else

“Jadi…lo mau minta saran apa?” Tanya Jeffry setelah melemparkan bola basket tepat kearah Ale yang menangkapnya dengan sigap.

“Lo tau kan gue artis…” Ale memutar-mutar bola basket di tangannya, kemudian melemparkannya kembali kepada Jeffry. Nada bicaranya serius. Hal ini memang mengganggunya beberapa hari ini.

“Ya tau lah oon.” Jawab Jeffry cepat. Jeffry lalu menggiring bola basket kemudian memasukannya ke dalam ring—pas, tepat sasaran.

“Maksudnya, ya walau gue ga terkenal-terkenal banget. Tapi beberapa orang kenal gue.” Ale berjalan menuju bangku di pinggir lapangan, badannya mulai lelah, ia kemudian duduk dan mengelap keringatnya yang sudah menumpuk setelah 1 jam permainan.

“Banyak yang kenal elo.” Jeffry ikut duduk disebelahnya, mengambil botol air mineral kemudian menenggaknya.

“Ya…and she’s…she’s a private person, that’s the problem.”

Jeffry diam, membiarkan Ale untuk melanjutkan bicaranya.

“Gue takut banget dengan pacaran sama gue, dia jadi kehilangan hal itu. Takut banget juga dia jadi keganggu sama itu. Gue tadinya gak kepikiran soal ini sih, but now that it’s getting closer to my confession gue jadi mikir aja.”

“Oke, menurut gue ya Le, dia gak bakal kehilangan hal-hal itu sepenuhnya kalau sama lo. Lo itu private person juga don’t you think?”

“Emang selama ini lo pernah liat gossip aneh-aneh soal lo?” Lanjutnya.

Ale menggeleng. Benar, selama ini memang tidak ada gossip aneh tentang kehidupannya.“Gue cuma..khawatir.” Jawabnya kemudian. Ia hanya memikirkan Xena, Kehidupannya setelah ini mungkin akan sedikit berbeda dengan yang sebelumnya.

“Kekhawatiran lo berdasar…tapi belum tentu kejadian kan? I mean, selama ini dia respon lo gimana?”

“Baik sih…we get closer., sekarang rasanya udah deket banget.”

“Nah…mungkin ya mungkin, she’s into you too, dan dia juga udah berpikir soal ini dan memilih untuk take the risk.”

“Love make people do crazy things, ya know?” Sambung Jeffry.

“Will it work out?” Ale bertanya, matanya penuh pengharapan.

“It will, trust me. Fans lo pinter-pinter kok. Cewek lo ini—-eh gebetan lo ini”

“Gapapa sebut cewek gue aja, seneng dengernya.” Setelah serius berbicara, satu senyuman akhirnya keluar dari wajah Ale.

“Yailaaaah bucin maksimal.” Seru Jeffry yang terkekeh geli. Ini fenomena baru baginya, dan tentunya bagi Ale juga—melihat Ale yang seperti ini.

“Cewek lo ini—-ah gak ah gue gamau buat lo seneng.”

“Ahelah ribet banget..udah mau ngomong apa?”

“Dia juga pasti udah mikirin ini. Gamungkin dia gak kepikiran selama deket sama lo.” Lanjut Jeffry kemudian.

“Selama ini dia gimana? Keliatan gimana sama lo?” Jeffry menatap Ale, yang ditatap memandang lurus kedepan, senyuman tersungging di bibirnya, matanya berbinar membayangkan semua hal yang sudah ia dan Xena lalui beberapa bulan belakangan.

“Kita berdua semakin deket, sih. Gue juga merasa kita bisa ngobrolin apa aja. Dia juga terbuka sama gue soal banyak hal. Dia kelihatan nyaman, gue juga nyaman banget. Benar-benar nyaman.“ Ale menepuk-nepuk pahanya pelan, sedikit salah tingkah.

“Apalagi itu, nyaman itu kuncinya. Kalau kalian nyaman satu sama lain, faktor eksternal nantinya bisa lebih mudah dikendalikan, Le.”

“Jatuh cinta itu pasti ada masa-masa sulitnya, kalau menurut gue. Mungkin sekarang lo berdua belum rasain. Tapi kalau kalian berdua saling yakin, pasti bisa dilalui bareng-bareng.”

“Iya ya?”

“Iya. Dan lagi, kalau dia nunjukkin lampu hijau itu tandanya selama ini dia juga udah siap, Le. Dia udah siap jalanin semuanya sama lo. Manis dan pahitnya.”

Ale tersenyum lega. “Semoga.”

“Lo sayang banget ya, Le?”

Ale mengangguk, masih tersenyum tipis.

“Keliatan, muka lo ituloh, bucin banget, baru gue lihat yang kaya gini dari lo, ternyata bisa juga ya. Gue belum pernah liat Ale yang kaya Alenya dia.”

“Xena, namanya Xena.”

“Nah, gue belum pernah liat Ale yang kaya Alenya Xena.”

“She’s….she’s something else.” Lagi, rasa hangat menjalar disekujur tubuh Ale. Ale ingin menjelaskan lebih banyak, tapi hanya itu yang mampu dia keluarkan saat ini. Pernyataan Jeffry membawanya kepada pikiran mengenai Xena. Xena dan kehangatannya, Xena dan keindahannya, Xena dan kecantikannya, Xena dan kedamaian yang ia bawa pada dirinya.

“I know…..I can see it. We can’t love just anyone, semoga jatuh cinta lo berdua ini emang garis takdir yang bakal nganterin lo berdua sama kebersamaan, ya.”

“Aamiin…..itu doa gue setiap hari.”

“Oh udah masuk dalam doa juga nih, doi?”

“Selalu.” Ale menundukan kepalanya, dan lagi-lagi tersenyum. Matanya menyiratkan ketulusan.

“Go for it, Le. Gue dukung. Kalau ada yang jahat sama hubungan kalian berdua. Gue bakal jadi orang yang maju duluan.” Jeffry menepuk-nepuk pundak Ale kemudian beranjak dari duduknya.

Na, it will work out kan? It will be okay as long as we have each other, kan? I guess—-I’ll be okay as long as I’m with you.

Now that I get to taste how life is with you—-I don’t really know what I will do if you’re not with me. I don’t really know and I can’t even imagine how life will be without you, Na.

Since we met and since we get closer, it’s loud and clear, you are home.