Making Good Memories Together
“Tempat spesial yang kamu maksud itu makam Bunda?” tanya Xena sembari tercengang ketika Ale membuka penutup mata yang sedari tadi menutupi pandangan Xena. Ale sengaja tidak memberi tahu Xena tujuan mereka, ia ingin memberi kejutan pada Xena.
“Yes, it is.” jawab Ale sembari mengangguk. Ia kemudian menggenggam tangan Xena, menariknya untuk ikut berjalan bersamanya. Mereka sama-sama bersimpuh di sebelah makam Bunda Xena. Makamnya bersih, dan pada nisannya juga bersandar sebuah bunga. Mungkin kemarin Ayahnya sempat datang, mungkin kemarin Ayahnya berbincang dengan Bundanya, memberitahu mendiang istrinya bahwa mimpi keluarga mereka sudah menjadi nyata—-melihat Xena menjadi penulis dan hidup dalam impiannya.
Tanpa bisa menahannya, air mata Xena kembali keluar. Ia mengucap maaf dalam hati kepada Bundanya, karena masih belum bisa menyapa dengan senyuman tiap datang ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Ale mengucap doa dalam hati, begitu juga dengan Xena. Setelah selesai dengan doanya, Ale mengubah posisinya menjadi menghadap Xena, ia kemudian menggenggam kedua tangan Xena. Senyum terlihat dari wajah Ale.
“Aku mau, tempat spesial ini juga punya kenangan manis buat kamu.” suara Ale mulai terdengar, Xena hanya diam, mendengarkan. Ale tahu betul bahwa tempat ini adalah tempat paling sedih bagi Xena. Ia tahu betul, betapa Xena merasa bersalah kepada Bundanya karena banyak menunjukkan tangis di sini. Pandangan Xena tak lepas dari mata Ale yang terasa berbicara. Matanya yang bulat dan hidup, yang seakan tak pernah lupa untuk ikut menunjukkan betapa ia sangat mencintai Xena.
“Aku mau Bunda kamu lihat senyum lebar kamu———yang mungkin, mungkin bakalan kamu keluarin di sini, kalau kamu udah tahu tujuanku.” ujarnya sembari sedikit menggoyangkan tangan Xena.
Ale kemudian melepaskan genggaman tangannya dan mengeluarkan sesuatu dari saku dalam kemejanya. Xena terkejut ketika menyadari benda yang ada di tangan Ale. Ale membuka kotak berwarna merah tersebut di hadapan Xena. Dalam hati Xena bertanya-tanya, kapan Ale sempat membeli cincin itu? Bahkan kemarin, ia pulang cukup larut dari apartemennya. Ale juga sudah datang ke apartemennya tepat pukul tujuh pagi hari ini.
“Di depan Bunda kamu, aku mau bilang. Hal yang paling aku syukuri setelah kenal kamu adalah kehadiran kamu dalam hidup aku. Itu udah cukup. Cukup buat aku bahagia.”
“Kamu dan Bunda kamu harus tahu, kalau kamu itu hadiah Tuhan yang selalu aku syukuri. Selalu aku ingin jaga, sampai selamanya, lebih dari abadi, kalau bisa.”
“Aku mau hidup sama kamu. Dalam bahagia, dalam sedih. Kita sama-sama tahu, selagi kita masih hidup di sini, sedih kayaknya nggak akan pernah habis. Sedih mungkin datang lagi, bergantian. Tapi aku harap, sedih nggak bisa misahin aku sama kamu.”
“Aku juga tahu, kita cuma manusia yang hidup dalam ketidakpastian. Hal-hal yang kita nggak pernah rencanakan bisa aja terjadi, tapi aku berdoa, aku dan kamu selamanya itu jadi pasti.”
Mata Xena mulai berkaca-kaca, bersamaan dengan mata Ale yang juga ikut berkaca-kaca.
“Aku mau hidup sama kamu. Aku terlalu sayang sama kamu, sampai rasanya aku ingin selalu jaga kamu, selalu sama-sama kamu, selalu bisa ada di samping kamu.”
“Aku terlalu sayang sama kamu, sampai aku nggak tahu lagi harus apa selain bertanggung jawab sama perasaan ini, dan hidup selamanya sama kamu, dalam ikatan yang semoga buat kita selalu bisa sama-sama.”
“Jadi, di depan Bunda kamu, aku mau minta izin sama Bunda kamu, untuk jadi suami kamu. Di depan Bunda kamu, aku mau minta izin sama kamu, untuk bisa terus sama-sama kamu. Aku sayang kamu, Alka Xena Zanitha. You’re too well tangled in my soul. You’re the only person I want to fall asleep next to. I wanna spend the rest of my life with you, So, will you marry me?”
Mereka berdua sudah sama-sama tahu jawabannya. Tapi Xena masih diam, ia ingin menikmati moment ini selama mungkin. Ale juga hanya diam, menatap Xena seakan tahu pasti Xena ingin merekam moment ini sebaik mungkin pada ingatannya. Mereka saling bertatap, hanyut dalam masing-masing pasang mata.
“Aku mau.” jawab Xena setelah lama diam, dengan senyuman paling lebar yang ia keluarkan hari ini.
Misinya berhasil, memunculkan senyuman bahagia Xena di tempat yang bagi Xena adalah tempat tersedih sedunia.
Dalam hati ia berharap, tempat ini akan memiliki makna yang berbeda bagi Xena setelahnya. Dalam hati ia berharap, tempat ini akan memiliki sedikit memori indah bagi Xena.
Ale membalas dengan senyuman yang tak kalah lebarnya. Ia lalu menarik tangan kanan Xena ke atas pahanya, memasukkan cincin ke dalam jari manis Xena.
Xena mengangkat tinggi-tinggi tangan kanannya, menatap cincin yang sudah terpasang manis di jarinya dengan senyuman lebar, bersamaan dengan matahari yang menyinarinya.
“Kenapa aku kayak kenal ya sama cincinnya?” tanyanya.
Ale tertawa, lalu tersenyum. Merasa puas karena Xena menyadarinya.
“Coba inget-inget.” jawabnya.
Xena terus memperhatikan cincin tersebut, sampai matanya berbinar terang setelah ingat. “Yang kita sempat lihat di mall sekitar dua tahun lalu nggak sih? Yang aku bilang, kalau aku nikah nanti, aku mau cincin yang persis kayak begini?”
Ale mengangguk, merasa senang karena Xena mengingatnya.
“Yaampun! Kamu belinya kapan?”
“Hari itu, pas kamu bilang kamu mau cincin persis kaya gitu kalau nanti nikah.”
Xena membelalakan matanya tak percaya, “Hah?! Itu kan kita baru pacaran 3 bulan deh?”
Ale tertawa melihat wajah Xena yang kaget. “Emangnya kenapa? Aku udah tahu kalau yang pengen aku nikahin itu kamu, jadi ya aku beli langsung. Kenapa harus nunggu-nunggu kalau aku udah tahu pasti cincin yang kamu mau kayak gimana?” jawab Ale.
Xena menggelengkan kepalanya. “You’re silly, but that’s actually sweet. Tapi kamu pede banget mikir akunya juga bakalan mau nikah sama kamu?”
Ale terkekeh mendengarnya. Ia mengeluarkan senyuman miring, balas menggoda Xena. “Buktinya, sekarang mau kan?”
Xena balas tertawa. “Okay I need to admit that you’re not pede for nothing.”
Xena dan Ale kemudian berdiri dan berjalan pelan meninggalkan makam Bunda Xena sembari berpegangan tangan.
“Jadi ini romantis yang kamu maksud? Di kuburan?” ujar Xena dengan nada bergurau.
Ale terkekeh.
“Dapet nggak, romantisnya?”
Xena tersenyum tipis tanpa menoleh kearah Ale. “Kamu siapin berapa lama tuh, speechnya? Emang kalau penulis lagu, speechnya bakalan sedalem itu, ya.” jawabnya, kali ini sembari tertawa kecil.
“Tadi malem aku mikir, tapi kayaknya yang tadi aku keluarin beda sama yang aku pikirin tadi malem. Ngeliat mata kamu bikin naskah di kepala aku buyar, ilang, aku ngeblank.” jawabnya, membuat Xena kembali tertawa. Kali ini lebih kencang dari sebelumnya.
Xena menoleh kearah Ale yang berjalan di sebelahnya, mengayun-ayunkan tangan mereka yang saling berpegangan. “Makasih Ale, sekarang tempat ini resmi punya memori baik buat aku.” ujarnya.
Ale menjulurkan tangan kanannya ke kepala Xena, kemudian mengusapnya lembut. “Makasih kembali cantik, untuk ke sekian kalinya.” jawabnya.
Sudah ada begitu banyak moment yang mereka lalui bersama. Ada banyak sekali perasaan yang keduanya juga rasakan bersama-sama.
Ada kalanya sedih datang kepada Xena, lantas Ale datang untuk menenangkannya. Ada saatnya juga sedih datang kepada Ale, dan pada saat itu Xena yang bergantian untuk meyakinkannya kalau semua akan baik-baik saja pada akhirnya.
Banyak bahagia yang mereka bagi bersama-sama, tawa dan senyum yang juga ikut menghiasi setiap langkah mereka.
Ada begitu banyak doa yang mereka ucapkan dalam hati. Doa tiap malam yang mereka harap akan mencapai langit dan menjaga mereka berdua di dunia.
They know for sure, love is never safe for everyone, including them. They also know, there are too many uncertainty in this world. But they’re willing to take that risk. They’re two people who dare to fall in love, that deep.
Once again, she can’t thank God enough for closing those doors. It’s worth it. Because look what she gets: Ale Madheva, True Love, and Peace.
And once again, he can’t thank God enough for that one -life-changing-moment- of his life. Because look what he gets: Alka Xena Zanitha, True Love, Peace, and Happiness.
“Kita harus ucapin banyak terimakasih sama instagram deh.” ucap Ale tiba-tiba sesampainya mereka di depan mobil.
“OHYA!! Instagram bener-bener punya jasa besar. HAHAHAHAHA.” jawab Xena sembari tertawa.
“I’m glad Instagram does exist. But most of all, I’m glad you exist.”
Menakjubkan sekali cara alam raya bekerja. Berawal dari lagu yang menyentuh hati Xena, kemudian pesan-pesan instagram yang Xena kirimkan kepada penyanyinya, jari Ale yang tak sengaja membuka pesan dari Xena, balasan singkat yang Ale kirimkan pada Xena—-hal-hal sederhana yang pada akhirnya membawa keduanya pada cinta yang nyata.
Menakjubkan sekali cara alam raya bekerja. Selalu ada pintu baru yang terbuka, bagi siapapun yang berhasil menerima. Selalu ada bahagia yang tersedia, bagi mereka yang mau percaya.